Terjemah Qomi'ut Thughyan Lengkap - Darus Sholawat

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Thursday, October 27, 2016

Terjemah Qomi'ut Thughyan Lengkap

Bismilallahirrohmanirrohim .. Semoga bermanfaat artikel ini
Amiin
Cabang-Cabang Keimanan

1.      Cabang Keimanan Ke-1
Iman kepada Allah Ta’ala
Iman adalah pecahan dari kata Aman lawan dari kata ketakutan (al-Khouf). Iman menurut kemutlakannya adalah percaya. Iman kepada Allah ta’ala berarti “menetapkan dan mengakui akan keberadaan Allah”. Keimanan bagi Allah berarti menerima-Nya dan taat kepada-Nya. Iman kepada Nabi saw berarti menetapkannya dan mengakui kenabiannya. Iman bagi Nabi saw adalah mengikutinya, menyesuaikannya dan mentaatinya. Iman itu terbagi menjadi dua bagian iman yang samar (Khafi) dan iman yang tampak (Jali). Iman yang samar seperti yang berkaitan dengan niat, keinginan yang tidak boleh melakukan sebuah ibadah kecuali dengannya, sedangkan iman yang tampak adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh anggota tubuh secara lahir, seperti bacaan, sholat, puasa, zakat, haji, jihad di jalan Allah dan lain-lainnya. Dalam semua itu ada keimanan dan keislaman dan taat kepada Allah dan rasul-Nya saw. Iman kepada Allah berarti ibadah kepada-Nya sedang iman kepada Rasul saw berarti menerimanya bukan menyembahnya, karene ibadah tiadaklah di tujukan kepada siapapun kecuali hanya bagi Allah.
2.      Iman Kepada Rasul-Rasul Allah Saw
Iman kepada rasul-rasul Allah adalah membenarkan segala apa yang datang dari mereka bahwa semuanya dari Allah ta’ala.
3.      Iman Kepada Para Malaikat
Malaikat adalah mahkluk Allah yang diciptakan dari cahaya sebagaimana jin diciptakan dari api dan manusia diciptakan dari sesuatu yang Allah sifati dalam firman-Nya dengan; tanah, tanah liat, tanah yang terbakar.
Keimanan terhadap para malaikat ini sebagaimana ayat dan hadits yang disebutkan sebelumnya.
4.      Iman Kepada Al Qur’an Dan Semua Kitab Suci Yang Diturunkan Sebelumnya
Sesungguhnya Al Qur’an menjadi Nasikh (penghapus) bagi semua kitab sebelumnya, dan layak bagi setiap jaman dan tempat sampai hari kiamat.
5.      Iman Kepada Qadar Baik Dan Buruk Bahwa Semuanya Dari Allah Ta’ala
Allah ta’ala berfirman, “ katakanlah: semuanya (datang) dari sisi Allah”.
Telah terjadi perdebatan antara Adam dan Musa, berkata musa, “ wahai Adam engkau adalah bapak kami, namun engkau menjatuhkan kami dalam kesulitan, engkau mengeluarkan kami dari surga,” Adam pun menjawab, “ wahai Musa Allah telah memilih engkau dengan firman-Nya, dan memberikan engkau bagian dari kitab At-Taurat dengan Tangan-Nya, apakah engkau mempermasalahkanku atas perkara yang telah Allah takdirkan atasku sebelum Dia menciptakanku selama empat puluh tahun?, Rasulullah brsabda, “maka Adam memberikan hujjah yang kuat kepada Musa”.
6.      Iman Kepada Hari Akhir.
Termasuk beriman dengan hari akhir adalah beriman kepada hisab, mizan, shirath, al-jannah, an-naar, dan lain-lainnya sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan riwayat yang shahih dari Rasulullah saw.
Allah taala berfirman, ‘perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian’. (QS. At Taubah: 29)
Makna beriman dengan hari akhir adalah membenarkan bahwa sesungguhnya bagi hari-hari di dunia ini ada akhirnya, dan sesungguhnya hal itu pasti terjadi, alam dunia ini akan berakhir pada suatu hari, maka harus ada pengakuan akan kefanaannya sebagaimana ada pengakuan akan permulaannya, karenanya mustahil sesuatu yang lampau itu tidak fana dan tidak berubah.”
7.      Iman Kepada Hari Kebangkitan Setelah Kematian
QS. At-Taghobun: 7
QS. Al-Jatsyiah: 26
8.      Iman Akan Digiringnya Semua Manusia Setelah Dibangkitkan Dari Kubur-Kubur Mereka Ke Suatu Tempat
QS. Al-Muthaffifin: 4-6
9.      Iman Bahwa Tempat Kembalinya Orang-Orang Mukmin Adalah Surga, Dan Tempat Kembalinya Orang-Orang Kafir Adalah Neraka
QS. Al-Baqarah: 81-82
10.  Agar Selalu Mencintai Allah Ta’ala
QS. Al-Baqarah:165
“ tidak perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai  dari selain keduanya, Ia mencintai seseorang, yang mana ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan ia membenci kembali dalam kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya, sebagaimana ia membenci untuk disiapkan tempat dari neraka dan dilemparkan ke dalamnya.”
11.  Memiliki Rasa Takut Allah Ta’ala
QS. Ali Imron: 175
QS. Al Maidah: 44
QS. Al Baqarah: 40
QS. Al Anbiya’:90
QS. Ar Ra’d: 21
QS Ar-Rahman
QS. Ibrahim: 14
12.  Selalu Penuh Harap (Raja’) Pada Allah Ta’ala
Raja’ adalah menggantungkan harapan pada suatu yang diinginkan tercapainya disertai dengan menempuh sebab-sebab harapan tersebut. Jika hanya harapan tanpa adanya usaha dengan sebab-sebabnya maka itu dinamakan tamak yang sangat dicela secara syara’. Al-Hafidz Ibnul Jauzi mengatakan, “ perumpamaan orang yang mengharapkan rahmat Allah dengan tetap bermaksiat kepada-Nya ibarat orang yang mengharapkan hasil panen namun tidak pernah menanam, mengharapkan anak tapi tak mau menikah”
Firman Allah Ta’ala:
QS. Al Isra: 57
QS A’raf: 56
QS Az Zumar: 53
QS An Nisa’: 48 dan 116
13.  Selalu Tawakkal Kepada Allah Ta’ala
QS. At Taghabun: 13
QS.Ali Imran: 173
QS. Al Maidah: 23
QS. Ath Thalaq: 3
14.  Selalu Mencintai Nabi Saw
Al Qadhi Iyyad berkata, “ ketahuilah sesungguhnya siapa saja yang mencintai sesuatu maka akan mempengaruhi sikapnya, kalau tidak, maka belum dikatakan orang benar dalam cintanya, tetapi hanya ngaku-ngaku. Jujur dalam mencintai Nabi saw merupakan bukti dari tanda-tanda kejujuran itu. Pertama dari tanda tersebut adalah ia mengikuti beliau dan mengamalkan segala sunnah-sunnahnya, mengikuti ucapannya dan perbuatannya, melaksanakan perintah-perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannnya. Ia beradap dengan adab beliau baik dalam keadaan susah maupun dalam keadaan lapang, yang ia sukai maupun yang ia benci.
QS. Ali Imron: 31
15.  Mengagungkan Nabi Muhammad Saw, Memuliakan Dan Menghormatinya
QS. Al Fath: 9
QS. Al-A’raf:157
QS.An-Nur: 63
QS. Al Hujurat: 1,2,5
Hal ini telah diceritakan kepada kami oleh Al Baihaqi dan beliau berkata, “inilah kedudukan diatas semua kedudukan cinta, tidak semua yang mencintai itu mengagungkan seperti cinta bapak kepada anaknya atau cinta seorang tuan kepada budaknya, hal itu tidak disertai dengan pengagungan, berbeda dengan sebaliknya.”
16.  Berpegang Teguh Terhadap Agamanya Walaupun Ia Rela Dilempar Ke Dalam Api Ketimbang Ia Menjadi Kafir
Hadist anas ra yang disepakati keshahihannya, “tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang ia akan merasakan manisnya iman di antaranya............adalah ia dilemparkan kedalam api lebih ia sukai ketimbang ia kembali dalam setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut.”
17.  Mencari Ilmu Pengetahuan
Ilmu yang dimaksud adalah ma’rifatullah (ilmu untuk mengenal Allah), dan segala sesuatu yang datang dari sisi-Nya, ilmu tentang kenabian dan apa yang menjadi keistimewaan Nabi Muhammad saw dari selainnya, ilmu tentang hukum-hukum Allah dan ketetapan-Nya, dan ilmu untuk mengetahui hal-hal yang bisa melahirkan sebuah produk hukum seperti pengetahuan tentang Al Qur’an, Al hadits, Qiyas, Syarat-syarat Ijtihad.
QS. Faathir: 28, QS. Ali Imron: 18, QS.An Nisaa’: 113, QS. Al Mujadalah:11, QS. Az Zumar: 9,
18.  Menyebarkan Ilmu Pengetahuan 
Allah ta’ala berfirman,
QS. Ali imron: 187, QS.At taubah:122,
Al baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Ali imam Umar bin Abdul Aziz Al Umawi ra beliau berkata,” barangsiapa yang berbicara tidak dilandasi ilmu maka akan banyak salahnya, barangsiapa yangb berbuat tanpa ilmu maka ia akan lebih banyak merusak ketimbang memperbaiki.”
Dari al harits al muhasibi,
“ilmu mewariskan rasa khasyah (takut pada Allah), zuhud mewariskan rasa raahah (ketenangan jiwa), dan ma’rifah mewariskan inabah (kembali kepada Allah).
Dari ibnu saad, “sesungguhnya orang yang beramal dengan ilmu riwayat akan mewariskan ilmu ri’ayah (memimpin) dan barangsiapa yang beramal dengan ilmu ri’ayah maka ia termasuk orang yang diberi petunjuk ke jalan yang hak.”
Dari ma’ruf al kurkhy, “jika Allah menghendaki kebaikan ada pada diri seseorang, maka Dia akan membukakan baginya pintu-pintu amal, dan menutup pintu-pintu perdebatan, sedang jika Allah dibukakakannya pintu-pintu perdebatan.
Dari abu bakar al waraq, “ barang siapa yang merasa cukup dengan ilmu kalam tanpa bersikap(pelaku bid’ah), dan orang yang merasa cukup dengan fiqh tanpa bersikap zuhud dan wara’ maka akan menjadi fasiq, sedang apabila ia terfitnah (tidak memiliki) dengan semuanya maka harus berlepas diri darinya.
Dari malik bin dinar, beliau berkata, “ aku membaca di kitab taurat, sesungguhnya orang alim yang tidak beramal dengan ilmunya, maka akan hilang rasa nasehat dan mau’izdah dalam hatinya, seperti hilangnya titisan hujan diatas batu yang licin.”
19.  Mengagungkan Al Qur’an Yang Mulia Dengan Mempelajari Dan Mengjarkannya, Menjaga Batasan-Batasan Dan Hukum-Hukumnya, Mengetahui Apa Yang Dihalalkannya Dan Diharamkannya, Menghormati Orang-Orang  Yang Menguasainya Dan Menghafalnya, Serta Merasakan Maknanya Dengan Menangis Ketika Melewati Ayat-Ayat Yang Mengandung Ancaman-Ancaman Allah Ta’ala.
QS. Al Hasyr:21, QS. Al waqi’ah: 77-80, QS. Ar ra’d:31
20.  Thaharah (Bersuci)
QS.Al maidah: 6,
Dari hadits hasan dari abu kabsyah as-saluli, dari tsauban ra, “ beristiqomahlah kalian dan jangan menghitung-hitung, ketahuilah bahwa sebaiknya amal kalian adalah sholat, dan tidaklah menjaga wudhu’ kecuali seorang mukmin.”
Yakni sholat kalian yang menghadap ke baitul maqdis, dan tidak boleh sholat kecuali dengan wudhu’, keduanya adalah separo dari yang lainnya.
21.  Menjaga Sholat Lima Waktu
QS.Al baqarah: 143, QS. Al baqarah: 43, QS. An nisaa’:103,
“tidaklah apus bagi ada dari seorang muslim yang menghadiri sholat fardhu, kemudian memperbaiki wudhu’ nya, menjaga kekhususannya, ruku’nya, kecuali baginya penghapus bagi dosa-dosanya sebelumnya, selagi ia tidak melakukan dosa besar yang demikian itu sepanjang masa.”
Dengan hadits ini al baihaqi mengatakan, “ tidak ada dalam sebuah ibadah setelah keimanan kepada Allah yang mengangkat bagi kekufuran yang dinamakan oleh Rosuluallah saw dengan meninggalkannya menjadikannya kafir, kecuali sholat.
22.  Zakat
QS.Al Bayyinah: 5, QS.At taubah: 34-35, QS.Ali imron:180,QS.Ali imron: 180
23.  Puasa (Asy Shiyam)
QS.Al baqarah: 183
Hadits abdullah bin umar ra dalam ash shohihain, “ islam dibangun diatas lima rukun; syahadat tidak ada tuhan selain Allah dan utusan-Nya, mendirikan sholat, dan haji ke baitullah.
24.  I’tikaf
QS.Al baqarah: 125
Dan hadits yang diriwayatkan dari nabi saw, “ barangsiapa yang beri’tikaf dalam waktu antara memeras susu, maka seakan-akan ia membebaskan seorang tawanan atau budak perempuan.’
25.  Haji
QS.Ali imron: 97, QS.Al hajj:27, QS.Al baqarah:196
Hadits ibnu umar ra dalam shahihaini, “islam dibangun diatas lima rukun; syahadat tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan haji ke baitullah.”
Hadits umar ra dalam shohih muslim, ia berkata,” ketika kami sedang duduk disisi rasuluallah tiba-tiba datanglah seorang lelaki dan berkata, “wahai rasulullah apakah islam itu?” beliau menjawab, “engkau menyaksikan bahwa tiada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan muhammad itu adalah utusan Allah dan engkau mendirikan sholat, membayar zakat, haji ke baitullah dan engkau berumrah, mandi dari jinabat, menyempurnakan wudhu’, puasa pada bulan ramadhan.” Kemudian orang itu berkata, “jika aku lakukan ini, apakah aku seorang muslim?” rasulullah menjawab, “benar.” Orang itupun berkata, “ benar engkau.......” hadits.
26.  Berjihad
QS.Al hajj: 78, QS.Al maidah: 54, QS.At taubah: 123, QS.Al Anfal: 65.
Hadits Abdullah bin Abi Aufa ra dalam shahih bukhori, “janganlah engkau mengharapkan untuk bertemu dengan musuh, mintalah kepada Allah keselamatan dan jika engkau bertemu dengan mereka maka bersabarlah, ketahuilah bahwa sesungguhnya surga itu dibawah naungan pedang.”
27.  Memperkuat Ikatan Di Jalan Allah Ta’ala
Yang dimaksud dengan memperkuat ikatan adalah mengantisipasi dari kemunculan musuh dan menjaga kemuliaan islam dari masuknya musuh ke negeri-negeri islam.
Allah taala berfirman,
QS.Ali Imron: 200.
Hadits sahal bin saad as saidi ra dalam shahih bukhori:
“mengokohkan barisan satu hari dijalan Allah taala itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Tempat cambuk salah seorang dari kalian dari surga itu lebih baik daripada dunia dan apa-apa yang diatasnya.”
Memperkokohkan barisan di dalam medan jihad dan pertempuran itu sama dengan kedudukan i’tikaf didalam mesjid untuk sholat karena memperkokoh barisan dengan menghadapkan wajahnya kemusuh seperti berdirinya ia dengan kewibawaan dan persiapan untuk jihad.
28.  Tegar Dalam Menghadapi Musuh Dan Larangan Lari Dari Medan Pertempuran
Allah taala berfirma,
QS.Al Anfal:45, QS.Al Anfal:15-16, QS.Al Anfal:65,
29.  Seperlima Dari Bagian Rampasan Perang Untuk Imam Dan Sisanya Untuk Yang Lainnya (Orang Yang Ikut Perang Tersebut)
Allah taala berfirman,
QS.Al Anfal:41, QS.Ali Imron:161
30.  Memerdekakan Budak Karena Mengharap Pahala Dari Allah Ta’ala
QS.Al Balad:11-13
31.  Kafarat Wajib Untuk Sebab Jinayah (Pembunuh)
Kafarat adalah bagian yang dengannya terhapuslah kesalahan atau ia menutupi dan menghilangkan kesalahan itu. Kafarat itu berbeda-beda sesuai dengan perilaku dosa yang dilakukan.
Allah taala berfirman,
QS.Al Furqon: 70
Kafarat dalam Al-Quran dan sunnah itu ada empat: kafarat pembunuhan, kafarat dzihar, kafarat sumpah, kafarat berjima’ di (siang) bulan ramadhan. Dan yang mendekati makna kafarat yaitu apa yang diwajibkan dengan nama fidyah karena kafarat itu dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yakni setelah perkara yang telah terjadi baik itu dosa maupun tidak.
32.  Menepati Janji
Allah ta’ala berfirman:
QS.Al Maidah: 1, QS.Al Insan: 7, QS.Al Hajj: 29, QS. At Taubah: 75, QS.An Nahl: 91.
33.  Mengimani Betapa Banyaknya Nikmat Allah Ta’ala Dan Kewajiban Mensyukurinya
QS. Al Isro’: 111, QS.An Nahl: 18, QS. Adh Dhuha:11,QS. Al Baqarah: 152.
Dengan hal ini Al Baihaqi berkata, “Aku Al Hafidz Abu Al Hasan Al Kindy Al Qadhi, “jika engkau dalam kenikmatan maka jagalah ia, karena sesungguhnya kemaksyiatan menghilangkan kenikmatan”.
Dengan hal ini juga Al Baihaqi berkata, “telah menceritakan kepada kami Abul Qasim telah menceritakan Ahmad bin Salman, saya ibnu abi ad dunya...........
Ia berkata, “telah mensenandungkan syairnya Al Warraq,
Jika kesyukuranku atas nikmat Allah adalah nikmat, Atasku dariNya dalam semisalnya wajib syukur. Maka bagaimanakah syukur itu bisa benar kecuali dengan keutamaanNya,walau panjangnya hari-hari dan bersambungnya umur. Jika ditimpa kegembiraan maka syukurnya meluas, dan jika ditimpa kesulitan maka setelah itu ada pahala. Dan tidaklah ada dari kedua itu kecuali itu kecuali baginya dalam hal itu anugrah, yang anugrah ini mempersempit setiap angan, daratan dan lautan.
Telah meriwayatkan selain Baihaqi sekelompok ulama’ dengan hanya dua bait syair,
Jika kesyukuranku atas nikmat Allah adalah nikmat, Atasku dariNya dalam semisalnya wajib syukur, Maka tidak ada alasan bagiku kecuali karena kemalasanku, Alasanku adalah pengakuanku bahwa tidak ada alasanku.
34.  Menjaga Lisan Dari Hal Yang Tidak Berfaedah
Termasuk yang tidak bermanfaat adalah kedustaan, ghibah, mengadu domba, dan kata-kata kotor, karena Al Quran dan As sunnah telah mencaci perbuatan ini, Allah Ta’ala berfirman,
QS.Al Ahzab: 35, QS.At Taubah: 119, QS.Al Isra’:36, QS.Az Zumar: 32, QS. An Nahl:116
Hadits abdullah bin mas’ud ra dalam “ash-shahihain”:
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan pada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan pada surga, dan seseorang berusaha untuk jujur sampai ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur, dan sesungguhnya kedustaan itu menunjukkan pada neraka, dan sesungguhnya seseorang itu berdusta sampai Allah menulis di sisiNya sebagai pendusta.”
Dan hadits sahl bin sa’ad ra dalam “shahih muslim”,
“Barangsiapa yang bisa menjamin bagiku apa yang ada diantara dua lisan dan apa yang ada diantara dua pahanya maka aku jamin baginya surga.”
Kata jamin yang dimaksud adalah memenuhi janji untuk meninggalkan maksiat, dan melaksanakan segala sesuatu yang menjadi haknya, berkata al hafidz dalam Al Fath,“melaksanakan hak dari lisan dengan mengucapkan sesuatu yang menjadi kewajibannya, atau diam dengan sesuatu yang tidak memberikan faedah kepadanya, dan melaksanakan hak bagi kemaluan adalah dengan meletakkannya pada tempat yang halal dan menahannya dari sesuatu yang diharamkan.”
Hadits ini menunjukkan bahwa bala yang paling besar yang terjadi pada diri seseorang di dunia adalah pada lisan dan kemaluannya, barang siapa yang bisa menjaganya untuk tidak jatuh dalam kejelekan maka ia akan terhindar dari keburukan yang besar.
Hadits abu syuraih al khaza’i dalam shahih muslim,” barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah ia berkata yang baik atu diam.”
35.  Menjaga Amanah Dan Kewajiban Untuk Menyampaikan Kepada Yang Berhak
Allah ta’ala berfirma,
QS. An Nisa’:58, QS. Al Baqarah: 283
Hadits abu hurairah “tunaikanlah amanah kepada orang yang menjadi kepercayaanmu, janganlah berkhianat pada orang yang menghianatimu.”
tiga perkara yang ada dalam diri seseorang maka ia menjadi seorang munafik walaupun ia berpuasa dan sholat dan ia menyangka bahwa ia seorang muslim, jika ia berbicara ia berdusta, jika ia berjanji ia mengingkari, dan jika ia diberi amanah ia berkhianat.”
36.  Haram Membunuh Jiwa Dan Hukum Jinayah Terhadap Pelakunya
Allah ta’ala berfirman,
QS. An Nisa”: 93, QS.An Nisa’; 29-32
Hadits abdullah bin mas’ud ra dalam “ash shahihain”, “membunuh orang muslim adalah kekafiran dan mencacinya adalah kefasiqan.”
Mencaci disini adalah penghinaan dan pembicaraan tentang harga diri seorang muslim  dengan mengungkapkan aibnya. Fusuq adalah perbuatan yang tercela dan keluar dari kebenaran, serta meninggalkan perintah Allah ta’ala. Sedang yang dimaksud kekafiran dalam hadits ini adalah kekafiran terhadap nikmat Allah ta’ala tidak kafir yang mengeluarkan seseorang agamanya, karena ijma dari ahlussunnah telah tercapai bahwa seorang muslim tidak dikafirkan dalam arti keluar dari agamanya dengan sebab membunuh dan tidak karena maksiat yang lainnya selain syirik dan menghalalkan sesuatu yang diharamkan secara tegas dalam agama, dan bahasa kafir dalam kasus ini adalah ungkapan ancaman yang keras.
Hadits ibnu mas’ud dalam “shahih bukhori,”
“Perkara yang pertama kali dilaksanakan pada hari kiamat adalah perkara tentang darah (pertumpahan darah).”
Hadits ini tidak bertentangan dengan hadits abu hurairah ra secara marfu’ “ sesungguhnya awal yang dihisap pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya,” karena kata-kata “pertama” dipahami dalam hal yang berhubungan dengan muamalah diantara makhluk sedangkan hadits yang kedua dipahami dalam hal yang berkaitan dengan ibadah seorang hamba kepada khalik. Hadits ini memberikan pelajaran pentingnya perkara darah karena permusuhan terjadi karena adanya prasangka dan dosa menjadi besar berdasarkan besarnya kerusakan dan hilangnya kemaslahatan, merobohkan bangunan kemanusiaan merupakan kerusakan yang paling besar.
Hadits ibnu umar ra dalam shahihaini,
“ tidaklah henti seorang muslim beristirahat di masalah agamanya selagi ia belum menumpahkan darah (membunuh) yang diharamkan.”
37.  Menjaga Kehormatan Dan Kesucian Diri
Allah ta’ala berfirman,
QS. An Nuur:30, QS.An Nuur:31, QS. Al Mu’minun: 5, Al Ma’arij:29, QS. Al Isro’: 32
Hadits abu hurairah ra dalam shahihaini;
“Tidaklah berzina seorang pezina ketika ia beriman, tidaklah mencuri seorang pencuri ketika ia mencari dalam keadaan beriman dan tidaklah meminum khamr peminum khamr sedang ia dalam keadaan beriman dan tidaklah seseorang merampas kehormatan seorang perempuan yang mulia yang terangkatlah pandangan seorang mukmin kepadanya, ketika merampas ia dalam keadaan beriman.”
38.  Beriman Mengambil Harta Orang Lain
Termasuk didalamnya adalah pengharaman mencuri, merampok, memakan suap, memakan sesuatu yang tidak hak secara syar’i.
Allah ta’ala berfirman,
QS. Al Baqarah: 188, QS. An Nisa’:160-161, QS. Al Muthoffifin:1, QS. Al Isro’:35
Hadits abdurrahman bin abu bakrah dalam shahihaini, dari bapaknya ra, ia berkata, “ rasulullah  berkhutbah kepada kami di mina dan beliau berkata,
“ Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan harga diri kalian diharamkan atas kalian....”
39.  Kewajiban Berhati-Hati Dalam Hal Makanan Dan Minuman Serta Menghindari Apa Saja Yang Tidak Halal Baginya
Allah ta’ala berfirman,
QS. Al Maidah: 3, QS . Al An’am: 145, QS.Al Maidah: 90-92, QS.Al Baqarah: 219, QS. Al A’raf:33.
Dikatakan yang dimaksud itsmu adalah nama dari salah satu nama khamr sebagaimana ungkapan syair:
“Aku meminum khamr (arak) sampai tersesatlah akalku, demikianlah khamr menghilangkan setiap akal.”
Hadits aisyah ra dalam shahihaini, rasulullah saw ditanya tentang anggur yang didiamkan lama, beliau menjawab,
“Setiap minuman yang memabukkan maka haram.”
Hadits ibnu umar ra dalam shahih muslim, “Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr adalah haram.”
Hadits ibnu umar ra dalam shohihaini,
“Barangsiapa meminum khamr didunia kemudian ia tidak bertaubat darinya maka khamr akan menjadi haram baginya di akhirat.”
Hadits abu hurairah ra dalam shohihaini,
“Didatangkan kepada rasulullah saw pada malam isro’ di baitul maqdis dengan dua cangkir yang bersis khamr dan susu kemudian rasulullah saw melihat kepada keduanya dan mengambil susu kemudian jibril as berkata kepadanya, “ segala puji bagi Allah yang menunjukkan engkau kepada fitrah, jikalau engkau mengambil khamr maka umatmu akan tersia-sia.”
Hadits abu hurairah ra dalam shohihaini,
“Tidaklah meminum khamr seorang peminum ketika ia meminumnya ia dalam keadaan beriman....”
Dengan hal ini al baihaqi menyampaikan sanadnya sampai al hasan ia berkata,
“Telah datang seorang laki-laki dengan anggur yang paling dicintainya dari makhluk-makhluk Allah sampai anggur itu kemudian menghancurkan akalnya.”
Dikatakan pada sebagian orang arab, kenapa anda tidak meminum anggur? Maka ia berkata,
“ Alangkah ridhonya aku jika akalku sehat, bagaimana mungkin aku memasukkan sesuatu padanya yang dapat merusaknya.”
Dari al hakam bin hisyam sesungguhnya ia berkata kepada anaknya,
“Wahai anakku hendaklah engkau menjauhi anggur, karena sesungguhnya ia adalah muntahan mulutmu, kotoran duburnya, memotong punggungmu, menjadi bahan tertawaan anak kecil, dan menjadi tawanan  bagi agama.”
Dari sebagian ahli hikmah sesungguhnya ia berkata kepada anaknya,
“Wahai anakku apa yang mengajakmu untuk meminum khamr? Ia menjawab, “ khamar menjadi pencerna makananku,” bapaknya menjawab, “ demi Allah wahaianakku sesungguhnya ia menyerang agamamu.”
Dari abdullah bin idris,
“ Setiap minuman yang memabukkan banyaknya, dari perahan kurma atau anggur. Maka sesungguhnya diharamkan sedikitnya, dan sesungguhnya aku memperingatkan kalian dari bahayanya.”
Dari abu bakar bin abi dunya, sesungguhnya bapaknya membacakan kepadanya sebuah syair,
“ Ketika anggur diatas anggur yang kau minum, akan mempeloroti agamamu disertai  dari hadits dengan hilangnya dirhammu.”
“ Aku melihat setiap kaum memelihara istri mereka, maka tidaklah ada bagi peminum seorang istri.” Jika engkau mendatangi mereka maka mereka akan menghormatimu dengan seribu penghormatan dan sambutan, jika engkau menghilang dari mereka sesaat maka akan dicela. Saudara mereka jika telah beredar gelas diantara mereka, setiap mereka telah usang hubungannya terburai. Maka ini adalah pujianku yang tidak aku ucapkan dengan kebodohan, tapi justru dengan orang yang fasiq sangat diketahui.”
Dan di dalam “shahih muslim” dan lainnya dari hadits abu hurairah ra,
“Wahai manusia ssungguhnya Allah itu baik tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah ta’ala memerintahkan orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkan kepada rasul-rasulnya,”
QS.Al Mukminun: 51, QS.Al Baqarah: 172
Kemudian beliau menuturkan seorang yang sedang dalam perjalanan yang panjang, acak-acakkan rambutnya, mengangkat tangannya keatas langit sambil berucap, Ya Raab! Ya Rabb! Sedang makanannya haram, dan diberi makan dengan sesuatu yang haram, maka bagaimana akan dikabulkan doanya?”
Dalam shahihain dari hadits an nu’man bin basyir ra,
“Sesungguhnya perkara halal itu jelas, diantara keduanya adalah perkara mutasyabihat yang tidak banyak diketahui oleh manusia, barangsiapa yang menghindari perkara syubuhat maka ia akan membebaskan harga dirinya dan agamanya, barangsiapa yang jatuh pada perkara syubuhat maka berarti ia telah jtuh pada keharaman, seperti pengembala yang mengembala di sekitar pagar yang hampir saja ia memasukinya, ketahuilah bagi setiap pemilik ada pembatasnya, dan batasan Allah di bumi adalah apa yang diharamkan.”
Dalam shohihaini, dari hadits abu hurairah ra,
“Sesungguhnya aku pulang ke keluargaku, kemudian aku menemukan sebutir kurma jatuh di tempat tidurku atau rumahku maka aku angkatlah kurma itu untuk aku makan kemudian aku khawatir kurma ini dari sedekah maka aku muntahkan kurma tersebut.”
Dalam shahih bukhori, dari ‘aisyah ra, ia berkata,
“Abu bakar mempunyai seorang pembantu yang biasa mengeluarkan baginya satu tempat makanan dan biasa abu bakar memakan dari tempat tersebut kemudian pada suatu hari pembantu tersebut membawa sesuatu dan abu bakar memakannya kemudian pembantu tersebut berkata kepadanya, “apakah kamutahu apa ini?” maka abu bakar bertanya, “apa ini?” pembantu tersebut menjawab, “dulu aku manjadi dukun di masa jahiliyah dan aku mahir dalam perdukunan tersebut kecuali sesungghnya aku telah menipu seseorang kemudian ia bertemu denganku dan memberikan aku dengan ini yaitu yang telah kamu makan tadi.” Kemudian aisyah berkata, “maka abu bakar memasukkan tangannya kedalam mulutnya sehingga ia memuntahkan semua yang ada diperutnya.”
Dari zaid bin aslam, “sesungguhnya umar bin khattab ra meminum susu yang menarik perhatiannya kemudian umar berkata kepada orang yang menuangkan susu tersebut,
“Darimana engkau mendapatkan susu itu?” maka orang itu menceritakan kepadanya bahwa sesungguhnya ia sampai di sebuah mata air yang telah dinamai, ternyata disana terdapat unta-unta sedekah dan mereka memberinya minum kemudian mereka memeras susunya dan memberukannya kepadaku kemudian aku menjadikan ini minummanku dan yang engkau minum tadi kemudian umar memasukkan tangannya kemulutnya dan memuntahkan susu tersebut.”
Dari ali ra tentang baiknya makanannya, pernah suatu ketika ia didatangkan dengan roti yang terdapat dalam kantong dari madinah.
Telah menceritakan kepada kami Baihaqi dengan sanadnya dari bisyr bin al harits, ia berkata,
“Telah berkata yusuf bin asbath, “jika seorang pemuda beribadah maka iblis akan berkata, “lihatlah darimana makannya dan jika makannya dari hal-hal yang jelek maka iblis akan berkata, “tinggalkanlah ia jngan engkau ganggu, tinggalkanlah ia bersungguh-sungguh dalam ibadahnya karena sesungguhnya ia telah mencukupkan kalian dengan nafsunya.”
Dari hudzaifah al mar’asyi,
“Sesungguhnya ia melihat manusia bersegera menuju shaf awal kemudian ia berkata, “seyogyanya mereka juga bersegera untuk memakan roti yang halal.”
Dari fudhail bin iyadh,
“Sufyan ats tsauri pernah ditanya tentang keutamaan shaf awal maka beliau menjawab, “lihatlah pecahan makanan yang ia makan, darimana ia dapatkan baru kemudian shalat dishaf akhir.”
Dan darinya juga, “Lihatlah dirham kamu darimana ia dan shalatlah dishaf akhir.”
Dari sary as saqathi,
“Sesungguhnya beliau tidak pernah makan dari kacang hitam dan tidak dari buahnya juga dan tidak juga dari sesuatu yang ia tidak ketahui asalnya.”
Dan beliau sangat menekankan hal tersebut dan orang yang sangat wara’ sekali, walaupundemikian beliau berkata,
“Aku pernah berada di tarasus dan bersamaku didalam rumah ada beberapa pemuda yang sedang beribadah dan dirumah itu ada kompor orang-orang yang membuat roti maka pecahlah kompor itu maka aku menggantinya dari hartaku dan mereka bersikap wara’membuat roti dengan kompor tersebut.”
“Adalah abu yusuf al ghasuli, beliau selalu tetap di pengintaian musuh dan sering berperang, jika beliau berjihad bersama orang-orang dan memasuki kota rum, sahabat-sahabatnya selalu memakan sembelihan dan buah-buahan mereka sedangkan ia tidak memakannya, maka dikatakan kepada beliau, “wahai abu yusuf, apakah engkau ragu akan kehalalannya?” ia menjawab, “tidak.” Maka dikatakanlah kepadanya, “makanlah dari yang halal”. Kemudian ia berkata, “sesungguhnya zuhud adalah menahan dari yang halal.”
Dari sary juga, ia berkata,
“Aku pulang dari beberapa peperangan maka aku melihat dijalanku ada air yang menyegarkan dan sekitarnya ada tetumbuhan dari rumput-rumput yang telah tumbuh maka aku berkata kepada jiwaku, “ya sary, jika ada erngkau pada hari-harimu memakan makanan yang halal dan meminum-minuman yang halal maka pad hari ini?’ kemudian aku turun dari kendaraanku maka aku makan dari rumput-rumput ini maka aku minum dari air ini kemudian aku mendenganr suara yang aku tidak melihat orang yang mengucapkannya, berkata, “ya sary bin mughallis, nafkah yang engkau dapatkan sehingga engkau mencapai tempat ini darimana?” maka hal ini membuat hatiku sangant bergetar.
Diriwayatkan dari sebagian mereka, sesungguhnya mereka selalu mencari yang halal maka ingin ditunjukkan kepada yang halal tersebut maka ditunjukkan kepada Hasan al basri di Basrah, maka orang itu berangkatlah ke basrah menujunya dari negeri yang sangat jauh. Al hasan al basri berkata kepadanya,”Sesungguhnya aku ini seseorang yang memberi nasehat, aku makan dari hadiah manusia dan jamuan sebagai tamu mereka, akan tetapi aku tunjukkan kepada engkau seseorang dari negeri sijistan, engkau akan melihatnya di pertaniannya, ia mempunyai seekor sapi, dan ia membuat salah satu jalan sapinya dari jerami dan gandum sedangkan jalan lainnya berair, dan jika sapi itu sampai pada jalan yang berjerami dan gandum maka ia akan menawarkan jerami dan gandum pada sapinya dan jika ia sampai kejalan yang berair maka ia juga menawarkannya. Maka pergilah engkau menuju orang tersebut. Maka ia menemukan orang tersebut sebagaimana yang diceritakan kemudian ia memberi salam kepadanya dan menceritakan kepadanya, akhirnya petani itu menangis dan berkata, “ Telah jujur kepada engkau imam abu said (al hasan al basri). Akan tetapi hilang dari semua cerita itu dariku karena suatu hari sapiku melewati tanah tetanggaku sedangkan aku sibuk dengan sholatku dan aku melihat kembali ke tanahku seakan kaki-kakinya telah terbalut dengan tanah tetanggaku dan bercampur dengan tanahku maka jadilah hal ini syubhat maka kembalilah engkau kepadanya agar ia (al hasan al basri) menunjukkan seseorang selainku.”kemudian ia menangis.
Dari abu abdillah ibnul jalla, ia berkata,
“Aku mengenal seseorang yang tinggal di mekkah selama tiga puluh tahun ia tidak minum air zam-zam kecuali yang diberikan kepadanya di ceretnya dan talinya, dan ia tidak mengambil makanan jalab dari mesir sedikitpun.”
Dari bisyr bin al harits al hafi bin abdurrahman, ia berkata,
“Saya mendengar al muafy bin imron berkata, “adalah mereka selalu sangat memperhatikan masalah kehalalan, tidaklah masuk ke dalam perut mereka kecuali apa yang mereka ketahui kehalalannya mereka mencukupkan memakan tanah, kemudian bisyr menyebutkan kesepuluh orang tersebut; Ibrahim bin Adham, Sulaiman bin Al Khawwash, Ali bin Fudhail bin Iyadh, Abu Muawiyah Al Aswad, Yusuf bin Asbath, Wuhaib bin Al Ward, Hudzaifah syaikh penduduk harran, Dawud Ath Tha’i, dan Bisyr menghitungnya sepuluh.”
Dari yahya bin maiin, al muhaddits,

“Pada suatu hari harta akan hilang yang halal maupun yang haram, yang tertinggal di kemudian hari hanyalah dosa-dosanya bukanlah ketaqwaan itu taqwa kepada Tuhannya, sampai ia bisa memperbaiki minuman dan makanannya., memperbaiki apa yang ia usahakan dan menahan diri (dari yang haram), dan jadilah di setiap ucapan terbaiknya hadits-hadits yang diucapkan oleh nabi kita dari Tuhannya, maka atas nabilah shalawat dan salamnya.”
Sufyan at tsauri pernah ditanya tentang wara’ maka beliau mendendangkan sebuah syair,
“ Sesungguhnya aku menemukan sesuatu yang tidak disangka orang lain, inilah sift wara’ ketika dirham ada di sisi. Yang engkau mampu meraihnya kemudian kamu tinggalkan, ketahuilah di sanalah letak ketaqwaan aeorang muslim.”
Dan Muhammad bin Abdul Karim Al Marwazi ketika ia melantik Yahya bin Aktsam menjadi qodi, ia dikirimi surat oleh saudaranya Abdullah bin Aktsam dari Marw, beliau adalah seorang   yang zuhud ia menulis,
“Sesuap dari tumbukan garam yang dimakan, itu lebih lezat dari kurma yang dicampur dengan buah zanbur. Makanan yang mendekatkan seseorang kepada kehancuran, itu seperti buah jerat yang akan mengikat leher burung pipit.
Dari Ibrahim bin Husyaim bahwa ia pernah dimintai nasehat oleh temannya sebelum melepas kepergiannya, maka ia berka ta,
“Saya berwasiat kepadamu agar menjadikna perbuatanmu baik dan hendaklah memakan dari yang halal.”
40.  Diharamkan Dan Dimakruhkan Dari Jenis Pakaian Dan Wadah (Bejana)
Hadits Anas bin Malik dalam “ shahihain,”
“ Barangsiapa yang memakai sutera di dunia maka ia tidak akan memakainya di akherat.”
Hadits Hudzaifah ra,
“Janganlah kalian memakai sutera, dan sutera dari jenis yang paling baik, jangan minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak, dan jangan makan di piring-piringnya, sesungguhnya itu bagi mereka (orang-orang kafir) di dunia dan bagi kalian di akhirat.”
Hadits Ibnu Mas’ud ra dalam shahih muslim
“ Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan, sombong itu adalah menolak kebenaran, dan meremehkan manusia.”
Hadits Abu Burdah ra dalam shahihain ia berkata,
“Aisyah mengeluarkan kepada kami kain selimut yang telah usang dan sebuah sarung yang kasar, kemudian beliau berkata, dengan kedua inilah Rasulullah saw diselimuti (pada hari meninggalnya).”
Hadits Abdullah bin Umar juga dalam shahihain “Allah tidak akan memandang kepada orang yang memanjangkan kainnya karena sombong.”
41.  Haramnya Permainan Dan Hiburan Yang Menyimpang Dari Syari’at
Allah Ta’ala berfirman,
QS. Al Jumu’ah:11
Hadits Sulaiman bin Buraidah dalam shahih muslim, dari bapaknya Buraidah bin Al Hushaib ra,
“Barangsiapa yang bermain permainan dadu maka seakan-akan ia memasukkan tangannya ke daging babi dan darahnya.”
42.  Seimbang Dalam Pemberian Nafkah
Allah Ta’ala berfirman,
QS.Al Isro’:29, QS. Al Furqon: 67
Hadits Mughirah bin Syu’bah ra dalam shahih Muslim,
“Rasulullah melarang tiga perkara yaitu banyak bicara, berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta dan banyak bertanya.”

43.  Meninggalkan Dendam, Hasad Dan Sejenisnya
Allah Ta’ala berfirman,
QS. Al Falaq: 5, QS.An Nisa’:54,
Hadits Anas ra dalam shahih muslim,
“Janganlah kalian saling hasad, saling membenci, saling memutuskan silaturahmi tapi jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara.”
Hadits Anas bin Malik ra dalam shahih Bukhori,
“Janganlah kalian saling benci, jangan saling hasad, jangan saling memusuhi, jadilah hamba Allah bersaudara, tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam, saling bertemu tetapi saling memalingkan wajah, sebaik-baiknya mereka berdua adalah yang memulai mengucapkan salam.”
Dari masalah ini Al Baihaqi menceritakan kepada kami sanadnya sampai Al Hasan dalam menjelaskan Firman Allah Ta’ala,
QS. Al Falaq: 5
Beliau mengatakan, “Hasad adalah dosa pertama yang terjadi dibawah langit.”
Dari Ahnaf bin Qais, “Lima perkara aku ucapkan tidak ada ketenangan bagi orang yang dengki dan tidak ada harga diri bagi orang yang mendusta dan tidak ada menepati janji bagi orang yang mengambil bagian orang lain, tidak ada jalan keluar bagi orang yang bakhil dan tidak menjadi pemimpin bagi orang yang jelek akhlaknya.”
Dari Al Khalil bin Ahmad, “Saya tidak pernah melihat orang yang zalim yang menyerupai orang yang terzalimi daripada orang yang hasad yang mempunyai jiwa yang iri, akal yang licik dan sedih yang terus menerus.”
Dari Bishr bin Al Harits Al Hafi, “Permusuhan dalam kerabat, kebencian dalam tetangga dan manfaat ada dalam persaudaraan.”
Dari Mubarrid, dia bersyair:
“Pandangan orang dengki yang buruk kepadamu, membuat masa menjagamu, mengungkapkan kejelekan-kejelekan sedang kebaikan-kebaikan menyembunyikannya. Ia menemuimu dengan riang gembira penuh tawa, hati tersembunyi dengan apa yang adadi  dalam lubuknya. Sesungguhnya orang yang dengki tanpa berdosa permusuhannya,tidak bisa menerima alasan di dalam penuainnya”
44.  Haram Melecehkan Dan Merendahkan Harga Diri Manusia
Allah Ta’ala berfirman,
QS. An Nuur: 19, QS. An Nuur: 23
Hadits Abu Hurairah ra dalam shahih muslim,
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, janganlah menyerahkannya (kepada musuh), jangan merendahkannya, jangan mencacinya, ketaqwaan itu ada disini beliau mengarahkan telunjuknya kedadanya sampai tiga kali cukuplah bagi seorang kejelekan, orang yang mencaci saudaranya sesama muslim, setiap muslim dengan muslim yang lain, haram hartanya, darahnya dan harga dirinya.”
Hadits Abu Dzar ra dalam shahih,
“Janganlah seseorang menuduh saudaranya dengan kefasihan dan jangan pula menuduhnya dengan kekafiran kecuali itu akan berbalik kepadanya jika saudaranya tidak seperti yang ia tuduhkan.”
45.  Beramal Dengan Ikhlas Semata Hanya Untuk Allah Ta’ala
Allah ta’ala berfirman,
QS. Al Bayyinah:5, QS.Asy Syura: 20, QS. Huud: 15-16, QS.Al Kahfi: 110
Hadits Abu Hurairah ra dalam shahih muslim, Allah ta’ala berfirman,
‘Aku tidak membutuhkan sekutu dan kesyirikan, barang siapa yang beramal untukku kemudian mencampurkan dengan kesyirikan dengan selainKu maka Aku akan melepaskan diri darinya dan bagi dia yang dia sekutui.”
Hadits Jundup ra dalam shahihain,
“Barangsiapa yang sam’ah maka Allah akan bersifat sum’ah kepadanya dan barangsiapa yang riya maka Allah akan bersifat riya kepadanya.”
Makna hadits ini adalah barangsiapa yang beramal tanpa ikhlas, menginginkan agar ia dilihat oleh manusia atau didengar oleh manusia maka ia akan dibalas  pada hari kiamat dengan bentuk yang seperti itu juga yaitu dengan Allah menjadikan ia terkenal dan terkuak apa yang disimpan dalam hatinya sehingga orang-orang dapat menyaksikan kedustaannya dalam beribadah, semoga Allah menyelamatkan kita dari sifat ini.
Baihaqi menceritakan kepadaku dengan sanadnya,
“Sesungguhnya Abu Hamzah, beliau ditanya tentang ikhlas maka beliau menjawab, “seorang yang tidak menyukai ia dipuji kecuali Allah yang memujinya.”
Dari Sahal bin Abdullah,
“Tidaklah mengetahui yang riya itu kecuali orang yang ikhlas dan tidaklah mengetahui kemunafikan itu kecuali orang yang mukmin dan tidaklah mengetahui kebodohan itu kecuali orang mengerti dan tidaklah mengetahui kemaksiatan itu kecuali orang yang taat.”
Dari Rabi’ bin Hutsaim,”Setiap sesuatu yang tidak mengharapkan wajah Allah maka akan tersia-sia.”
Dari Al Junaid, “Jika ada seseorang itu seumpama wibawa Adam, sezuhud Isa, sesabar Ayyub, setaat Yahya, seistiqamah Idris, selembut Al Halil, seakhlak Rasulullah tetapi di dalam hatinya ada segelintir selain Allah, maka tidak ada bagi Allah hajat terhadapnya.”
Akulakukan ada niat sampai pada makan, minum, dan tidur.”
Bentuk dari hal ini adalah bahwa makandan minum adalah sesuatu yang dibolehkan, jika seseorang berniat dengan makanan dan minuman itu untuk memperkuat jasmaninya untuk melaksanakan apa yang diminta oleh syar’i seperti shalat, puasa, dan lain sebagainya, maka hal tersebut akan mendapatkan ganjaran dan menjadi suatu perkara yang bernilai sunnah, demikianlah hal ini biasa dilakukan oleh salaf as shalih.
Dari Sufyan tentang firman Allah ta’ala,
QS. Al Qashash:88
Beliau berkata, “Apa-apa yang diinginkannya adalah wajah-Nya.”
Dari Hilal bin Yasaf ia berkata, “Isa bin Maryam as berkata, “Jika ada engkau berpuasa maka hendaklah ia membasahi jenggotnya, mengusap kedua bibirnya, ia keluar menemui manusia seakan-akan ia tidaklah puasa. Dan jika ia memberikan dengan tangan kanannya maka hendaknya ia menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan jika seseorang dari kalian sholat maka hendaknya ia menutupi pintu rumahnya, sesungguhnya Allah Ta’ala telah membagikan pujian sebagaimana Dia membagi rezeki.
Dari Dzun Nun Al Mishry berkata, “Telah berkata sebagian ulama’, “Tidaklah seorang hamba berbuat ikhlas kepada Allah kecuali jika ia mencintai jika cintanya tidak diketahui.”
Dari Bisyr bin Harits, dari Al Fudhail bin Iyadh, “Aku makan dari dunia ini dengan bergendang, dan meniup seruling lebih aku sukai ketimbang aku makan dari menjual agama.”
Dari Malik bin Anas, telah berkata kepadaku guruku Rabi’ah Ar Ra’yu, “Wahai Malik siapakah orang rendah itu? Maka aku menjawab, “Orang yang makan dari agamanya, beliau berkata lagi, “Siapakah orang rendah paling rendah?” Beliau berkata, “Seseorang yang memperbaiki kehidupan dunia orang lain dengan merusak agamanya,” maka Imam Malik berkata, “Beliau membenarkanku.”
Dari Ibnul A’raby, “Serugi-ruginya seseorang adalah orang yang menampakkan amal-amalnya, dan menampakkan kejelekan orang yang dekat dari hubungan yang kokoh.”
Dari Sufyan, “Wahai orang-orang ahli qiraah, tegakkan kepada kalian, janganlah kalian tambah-tambahkan kekhususan dengan apa yang ada di hati, sesungguhnya jalan telah jelas, bertaqwalah kepada Allah, indahkanlah mata pencaharian, kalian, dan janganlah menjadi beban atas orang-orang muslim.
Dan dari sebagian ulama’, “Bangkitkanlah rasa takut kepada seorang mukmin dari Allah, seorang munafiq dari penguasa, dan orang yang senang riya’ dari manusia.”
Merasa Bahagia (Senang) Dengan Berbuat Kebaikan Dan Merasa Sedih Karena Berbuat Kejahatan.
Bahagia adalah lawan kata dari kesedihan, yaitu kelezatan yang terletak dalam hati ketika mendapati sesuatu yang di cintai dan yang diinginkan, yang kemudian melahirkan suatu keadaan yang dinamakan bahagia, sebagaimana seseorang yang kehilangan yang dicintai melahirkan suatu keadaan yang dinamakan kesedihan. Kebahagiaan seseorang dengan sesuatu tergantung pada kadar hubungan dan keinginannya terhadap sesuatu tersebut, maka kebahagiaan seseorang dengan ilmu dan keimanan, amal-amal kebaikan, mengamalkan Al Qur’an, As Sunnah, dan ijma para ulama membuktikan pengagungan kepadanya, keinginan dan kecintaan kepadanya. Dan pengunggulannya dari yang lainnya, serta keinginan kuatnya menolak lawan dari sesuatu tersebut merupakan sebuah bukti kuatnya keimanan, keyakinan, dan berpegang teguh terhadap agamanya.
Hadits Jabir bin Samurah, dari Umar bin Al Khattab, ra, dalam “Sunan Abi Dawud”
Barangsiapa yang merasa bahagia dengan kebaikan dan merasa sedih dengan perbuatan yang jelek maka ia seorang mukmin.”
Bertaubat Untuk Setiap Melakukan Perbuatan Dosa
Taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Tuhannya, dan menempu jalan-Nya jalan yang lurus, dan menjauhi semua jalan-jalan orang-orang yang dibenci-Nya, dan orang-orang yang tersesat. Taubat memiliki tiga syarat:
1)      Menyesal atas apa yang telah berlalu
2)      Meninggalkan hal tersebut dalam keadaan sekarang
3)      Dan bertekad untuk tidak kembali melakukannya pada masa yang akan datang.
Taubat yang benar memiliki tanda-tanda, diantaranya adalah,
1)      Senantiasa merasa takut tidak aman walau sekejap matapun
2)      Setelah taubat ia melakukan kebaikan lebih baik dari sebelumnya
3)      Hatinya dipenuhi dengan perasaan penyesalan yang sangat baik terhadap dosa yang kecil maupun yang besar.

Firman Allah Ta’ala,
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(QS.An Nuur:31).

Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.”(QS. At Tahrim:8)

Hadits Abu Burdah bin Abu Musa Al Asyari, dari Al Aghfar Al Muzanny dalam Shahih Muslim dan Sunan Abi Dawud dan selain keduanya,
Sesungguhnya selalu menggelisahkan hatiku dan sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dalam satu hari sebanyak seratus kali.”


Berkorban

Terkadang dalam bentuk hewan korban yang disembelih berkenaan dengan ibadah haji (Al Hadyu), hewan yang disembelih pada hari Idul Adha (Al Udhiyah) dan hewan yang disembelih berkenaan dengan hari kelahiran (Aqiqah).

Allah berfirman,
Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu.”(QS. Al Kautsar: 2).

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya.”(QS. Al Hajj;36)

Hadits Anas bin Malik ra dalam kitab Shahihaini,
“Sesungguhnya Rasulullah saw telah berkorban dengan dua ekor domba yang bertanduk yang berwarna putih bersih, aku telah melihat beliau meletakkan kakinya diantara kedua lambung domba tersebut kemudian beliau membaca Bismillah dan bertakbir.”

Dalam riwayat yang lain, “Betul aku melihat beliau menyembelih keduanya dengan tangannya.”

Mentaati Ulil Amri (Pemimpin)

Allah Ta’ala berfirman,
“Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa: 59)

Ulil amri adalah pemimpin peperangan juga dikatakan mereka adalah para ulama dan juga dapat dipahami secara umum mencakup keduanya dan jika dipahami secara khusus maka yang dimaksud dengan ulil amri adalah para pemimpin peperangan.

Hadits Abu Hurairah dalam Shahihaini,
Barangsiapa yang mentaatiku maka sesungguhnya mereka telah mentaati Allah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku makatelah bermaksiat kepada Allah dan barangsiapa yang telah mentaati pemerintah maka sesungguhnya mereka telah mentaatiku dan barangsiapa menentang pemerintah maka ia telah menentangku.”

Hadits Abu Dzar dalam “Shahihain” “Wahai Abu Dzar dengarkanlah dan taatilah walau seorang budak habasyi, dan terpotong anggota tubuhnya.”

Berpegang Teguh Dalam Al Jamaah

Allah ta’ala berirman,

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali Imron: 103).

Hadits Abu Hurairoh ra dalam “Shahih Muslim”,
“Siapa yang keluar dari kekuatan dan memisahkan diri dari jamaah, kemudian ia meninggal maka meninggala dalam keadaan jahiliyah.”

Hadits Arfajah bin Syuraih Al Asyjai ra dalam “Shahih Muslim”,

“Akan ada setelahku fitnah dan fitnah barangsiapa diantara kalian melihatnya memecah belah urusan umat Muhammad sedang mereka berkelompok maka bunuhlah mereka dimanapun mereka berada.”

Menetapkan Hukum Dengan Adil Diantara Manusia

 Allah ta’ala berfirman,

“Dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. An Nisa: 58)

“Dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang berkhianat.” (QS. An-Nisa: 105)

“Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Hujurat: 9)

Hadits Abdullah bin Mas’ud ra dalam shahihain,

“Tidak ada iri hati kecuali pada dua keadaan, seseorang yang Allah anugrahi harta kemudian ia habiskan untuk kebenaran, dan yang lainnya lagi seseorang yang Allah anugerahi hikmah ia memutuskan perkara dan mengajarkannya.”

Wajib Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar

Allah ta’ala berfirman,
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”(QS. Ali Imron:104)

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”(QS.Ali Imron:110)

QS.At Taubah:111-112, QS.Al Maidah: 78-79.

Hadits Abu Said ra dalam Shahih Muslim
“Barangsiapa yang melihat kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya dan yang demikian itu selemah-lemahnya iman.”

Hadits Abdullah bin Mas’ud ra juga dalam Shahih Muslim,


“Tidaklah ada seorang nabi yang diutus oleh Allah kecuali bagi mereka dari umatnya hawariyun (penolong) dan para sahabat yang merupakan sunnah-sunnah mereka, mengikuti dengan perintah-perintahnya, kemudian setelah itu mereka berselisih, mengatakan sesuatu yang tidak dilakukan, berbuat sesuatu yang tidak diperintahkan, barangsiapa yang mengingkari mereka dengan tangannya maka ia orang yang beriman, barangsiapa yang mengingkari mereka dengan lisannya “maka ia orang yang beriman, dan barangsiapa yang menentang mereka dengan hatinya maka ia beriman, dan tidaklah dibalik hal itu kecuali keimanan seberat biji sawi.”

Dalam “Shahihain” dari hadits Sufyan bin Unaiyah dari Zuhri dari Urwah dari Zainab binti Abi Salamah dari Habibah dari ibunya ummu Habibah dari Zaenab istri Rasulullah saw, Ia berkata, “Rasulullah bangun dari tidurnya sedangkan wajahnya memerah, beliau berkata, “Tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah sebanyak tiga kali, celakalah bagi bangsa arab dari fitnah yang semakin mendekat dibuka pada hari itu dari kurungan Ya’juj dan Ma’juj seperti ini” beliau membentangkan ibu jarinya dan yang selanjutnya. Zaenab berkata, Aku berkata,” Ya Rasulullah, akan terjadi bencana sedangkan diantara kita ada orang-orang yang shaleh?” beliau menjawab,”Betul, jika keburukan telah meluas.”

Dengan hal ini Baihaqi menceritakan dengan sanadnya, dari Malik bin Dinar, beliau membaca Firman Allah Ta’ala yang berbunyi,

“Dan adalah kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.”(QS.An Naml: 48)

Adapun hari ini maka didalam setiap kabilah dan perkimpulan ada orang-orang yang berbuat kerusakan dan meninggalkan perbuatan baik.

Dari beliau juga, “Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengadzab sebuah kampung maka terkejutlah para malaikat dan mereka berkata, “Sesungguhnya dikampung itu ada hamba-Mu si Fulan.”Allah Ta’ala berfirman, “Kalian telah mendengar dari-Ku, sesungguhnya dia pernah berteriak sedangkan wajahnya tidak berubah menjadi marah ketika keharaman-Ku dilanggar.”

Diriwayakan dan juga secara marfu dari Nabi saw dengan sanad yang dhoif.
Dari Baihaqi juga, ia membiarkan kami untuk mencintai dunia tidak memerintahkan dan tidak melarang kami dengan sebagian yang lain. Dia juga tidak memberikan peringatan apa-apa yang telah Allah larang maka apa yang dapat mencegah adzab untuk turun?

Dari Umar bin Abdul Aziz, beliau berkata,”Pernah dikatakan bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengadzab sebuah kaum disebabkan oleh dosa yang khusus tetapi jika kemunkaran dilakukan dengan terang-terangan dan tidak ada yang mengingkarinya maka adzab adalah hak untuk mereka semua.
Saling Tolong-Menolong Dalam Berbuat Baik Dan Ketaqwaan

Allah Ta’ala berfirman,
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS. Al Maidah:2)

Hadits Anas bin Malik ra dalam Shahihaini,
Tolonglah saudaramu baik ia zalim maupun dizalimi. “Maka berkatalah seseorang, “Ya Rasulullah, aku menolong saudaraku yang dizalimi, lalu bagaimana menolong saudara kita yang zalim?” Beliau menjawab, “Mencegah ia dari kezaliman maka itulah cara menolongnya.”

Punya Rasa Malu Ketika Melakukan Suatu Perbuatan Dosa

Malu adalah akhlak yang tumbuh untuk meninggalkan hal-hal yang jelek, mencegah dari berlebih-lebihan dari mengambil haknya. Rasulullah saw telah menyempurnakan makna malu ini dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi secara marfu. Dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda,

“Malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”. Mereka berkata, “Sesungguhnya kami malu Ya Rasulullah saw.” Beliau berkata, “Bukan demikian, tetapi orang yang benar-benar malu pada Allah adalah orang yang menjaga kepalanya dan apa-apa yang memenuhinya dan menjaga perutnya dan apa-apa yang memenuhinya dan mengingat kematian dan hal-hak yang akan binasa. Barangsiapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa yang melakukan semua ini maka ia telah benar-benar malu terhadap Allah.”

Para ulama berbeda pendapat tentang kuat dan lemahnya malu berdasarkan hidup dan matinya hati. Jika hati hidup maka sempurnalah malunya begitupun sebaliknya.

Hadits Salim bin Abdullah bin Umar ra dalam Shahihaini, dari bapaknya dari Nabi saw, sesungguhnya ia mendengar seorang laki-laki memberi nasehat kepada saudaranya tentang malu, ia berkata:

‘Bersikap malulah kamu karena sesungguhnya malu itu bagian dari keimanan.”

Hadits Imron bin Husain ra dalam keduanya, “Sesungguhnya malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.”

Hadits Said Al Khudry ra juga dalam keduanya,
“Adalah Rasulullah saw adalah orang yang paling malu daripada perawan dalam pingitannya. Jika beliau membenci sesuatu maka hal itu kita ketahui dari wajahnya.”

Hadits Abu Mas’ud Al Anshari ra dalam Shahih Bukhori, “Sesungguhnya sesuatu yang dikenal oleh orang dari ucapan para nabi sejak awal adalah jika engkau tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu.”
Ucapan berbuatlah sekehendakmu merupakan ancaman yaitu maksudnya adalah sesungguhnya orang yang tidak merasa malu maka ia akan berbuat sekehendaknya maka malulah yang mencegah seorang untuk melakukan sebuah pekerjaan yang menjatuhkan kemuliaan dan harga dirinya.

Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua

Allah Ta’ala berfirman,

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang ibu bapak.”(QS. Al Ahqaf:15)

QS. Al Isro’:23-25

Hadits Abdullah bin Mas’ud ra dalam Shahihaini. Ia berkata:
“Aku bertanya kepada Nabi saw, “Amal apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Sholat pada waktunya.” Kemudian aku bertanya, “Apa lagi?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada kedua orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa lagi?”, Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, Abdullah bin Mas’ud berkata, beliau selalu menjawab dan jika aku menambah pertanyaan tentu baliau akan menambah jawaban”.

Menyambung Silaturrahim

Silaturahmi adalah jika antara kamu dengan dia ada hubungan nasab, apakah ia termasuk dzawil arham dalam warisan ataupun tidak. Qadhi iyyadh mengatakan, “Tidak ada perbedaan pendapat secara menyeluruh bahwa menyambung silaturrahmi adalah kewajiban, sedang memutusnya adalah sebuah kemaksiatan yang besar, menyambung silaturahmi memiliki tingkatan-tingkatan; yang paling rendah adalah meninggalkan untuk tidak bertegur sapa, menyambungnya adalah dengan berbicara walau dengan ucapan salam, tingkatan-tingkatan ini berbeda-berbeda sesuai dengan kemampuan dan hajat, diantaranya wajib, sunat, jika ia menyambung sebagian dan meninggalkan sebagian tidak dinamakan memutus silaturrahmi.

Allah Ta’ala berfirman,

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 22-23).

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (jahannam).”(QS.Ar Ra’ad:25).

Dan hadits Anas bin Malik ra dalam “Shahihain,”
“Barangsiapa yang menginginkan diberi keluasan dalam rizqinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung silaturrahmi.”

Hadits Muhammad bin Math’am ra juga dalam “Shahihain”, dari bapaknya,

“Tidaklah masuk surga pemutus.” Yaitu pemutus silaturrahmi.
Aku mengatakan tidak ada perbedaan apakah pemutus silaturrahmi ini orang yang baik atau buruk.

Akhlak Yang Mulia

Akhlak adalah berusaha untuk bermurah hati, menahan diri dari menyakiti (orang lain), selalu memilih keutamaan-keutamaan dan meninggalkan perbuatan rendah. Akhlak adalah sifat para nabi shalawatullah Ajmain dan para wali Allah. Termasuk kedalam akhlak yang mulia adalah menahan kemarahan, lembut jiwa, dan rendah hati.

Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam:4)

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”(QS. Ali Imron: 134)

Dan hadits Abdullah bin Amr ra dalam “Shahihain,”
“Sesungguhnya Rasulullah saw bukanlah orang yang buruk perangainya, tidak juga berlebihan dalam keburukan.” Beliau bersabda, “sesungguhnya orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” Menurut riwayat yang lain ‘Sesungguhnya orang yang paling aku cinta adalah orang yang paling baik akhlaknya.”

Hadits Aisyah ra dalam ‘Shahiahain”, ia berkata,

”Tidak pernah Rasulullah saw memilih dua perkara kecuali beliau mengambil yang paling gampang selagi tidak merupakan dosa, jika dosa maka beliau orang yang paling menjauhinya, Rasulullah saw tidak pernah merasa dendam karena urusan pribadinya, kecuali jika kehormatan Allah dinodai, maka beliau akan membalas untuk Allah.”

Pada masalah ini Abu bakar Al Baihaqi menjelaskan beliau berkata,

“Makna akhlak yang mulia adalah selamatnya jiwa dengan melakukan perbuatan yang lembut dan terpuji. Terkadang itu terhadap Dzat Allah Ta’ala, terkadang terhadap sesama manusia. Adapun akhlak yang berkenaan dengan Dzat allah adalah hendaknya seorang hamba terbuka hatinya untuk menerima perintah-perintah Allah dan larangan-Nya, yaitu dengan melaksanakan apa yang telah Dia fardhukan, dengan jiwa yang baik, selalu berharap dengannya, melarang apa yang telah Dia larang dengan penuh keridhoan, tidak merasa terpaksa, selalu ingin melaksanakan hal-hal yang disunnahkan-Nya, banyak meninggalkan perkara mubah karena mengharap wajah Allah dan mensucikan-Nya, ketika ia melihat bahwa meninggalkannya lebih dekat kepada ibadah daripada mengerjakannya. Semua hal itu dilakukannya dengan perasaan gembira tanpa ada tekanan dan tidak pula mempersulit diri. Sedangkan yang berhubungan dengan muamalah di antara manusia adalah ia selalu tidak mempermasahkan tentang haknya, tidak meminta orang berlebihan dalam menuanikan haknya, memenuhi hak orang yang ada pada dirinya, jika ia sakit ia tidak minta dikunjungi, jika datang dari perjalanan ia tidak mampu dikunjungi, jika mengucapkan salam tidak minta dijawab, jika bertamu tidak minta dihormati, atau jika ia memberikan pertolongan tidak ingin dibalas, jika berbuat baik tidak ingin disyukuri, jika masuk ke sebuah kaum ia tidak memonopoli, jika berbicara tidak berlebihan, begitu pula apabila memohon izin kepada kepada teman kemudian tidak diberi izin dan bila melamar kemudian ditolak, memberikan keluasan untuk membayar hutang dan tidak menunda membayar hutang, atau mengurangi jumlah piutang rjadi  tidak minta dikurangi hutangnya dan lain sebagainya. Orang yang berakhlak berarti tidak suka marah, tidak suka membalas,tidak mencaci keadaan, tidak merasa dalam hatinya bahwa ia telah dikasari atau disikapi dengan tidak baik, ia tidak membalas hal tersebut jika menemukan kesempatan seperti itu, bahkan ia menyimpannya seakan tidak pernah terjadi sesuatu, tetapi ia membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih utama serta lebih dekat pada kebaikan dan ketaqwaan dan lain sebagainya dari perbuatan yang dipuji dan diridhoi. Kemudian juga orang yang berakhlak adalah orang yang memenuhi apa yang menjadi tanggung jawbnya, sebagaimana ia menjaga apa yang diamanahkan kepadanya. Jika ada saudaranya sesama muslim sakit ia mengunjunginya , dan jika memohon pertolongan maka ia tolong, jika saudaranya itu minta ditunda pembayaran utang ia memberikan masa tunda tersebut, jika membutuhkan pertolongannya maka ia siap memberikan pertolongan, jika ia minta keluasan harga dalam jual beli ia memberikannya, ia tidak melihat bagaimana orang memperlakukannya,  dan memperlakukan orang lain, tetapi ia menjadikan setiap kebaikan menjadi imam bagi jiwanya, maka ia berjalan kearahnya dan tidak menyimpang darinya.

Akhlak yang mulia terkadang itu adalah sesuatu yang tumbuh menjadi kebiasaan, terkadang juga sesuatu yang diusahakan. Dari semua itu yang mendekati kebenaran adalah akhlak yang mulia tumbuh karena ia diusahakan yang menjadi kebiasaan dan bersatulah antara upaya dan kebiasaan ini menjadi penyempurna akhlak ini.

Sebagaimana kita ketahui bahwa seseorang yang cerdas akan bertambah pandangannya jika ia duduk di majlis orang-orang yang memiliki kecerdasan dan pandangan yang bijak, atau seorang alim akan bertmbah ilmunya jika ia berkumpul dengan orang-orang alim, begitu juga orang yang baik dan berakal maka ia akan bertambah kebaikan dan akalnya jika ia berkumpul dengan orang yang baik dan shalih. Kita pun tidak memungkiri bahwa orang yang berakhlak baik akan bertambah kebaikan akhlaknya dengan berkumpul bersama orang-orang yang baik akhlaknya, hanya Allah lah yang memberi taufiq.

Berbuat Baik Kepada Para Budak dan Pembantu

Allah Ta’ala berfirman,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya.” (QS>An-Nisa’:36)

Hadits Al Ma’rur bin Suwaid ra dalam Shahihain, ia berkata,

“Aku melihat Abu Dzar Al Ghifari ra pada beliau ada sebuah baju, dan pada budak beliau juga baju seperti miliknya, maka kami bertanya kepada beliau tentang hal tersebut, beliau berkata, “Sesungguhnya aku pernah mencaci seseorang, kemudian orang itu melaporkanku pada Rasulullah saw, kemudian Rasulullah saw berkata kepadaku, “Apakah engkau mencacinya dengan ibunya? Sesungguhnya engkau dan orang-orang semacammu masih berada dalam kejahiliyahan,” kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya saudara kalian adalah milik kalian yang Allah jadikan dibawah tangan-tangan kalian, maka jika ada saudaranya berada dalam tangannya maka hendaknya ia memberi makan sebagaimana yan ia makan, dan memberinya pakaian sebagaimana yang ia pakai, dan janganlah memaksakan kepadanya pekerjaan yang melebihi kemampuannya, dan jika kalian membebaninya dengan pekerjaan yang melebihi kemampuannya maka bantulah ia.”

Adanya Hak-Hak Tuannya yang Harus Dilaksanakan Oleh Para Budaknya

Yaitu ketika budaknya dan pembantunya melayani tuannya, mengerjakan sesuai dengan yang ia inginkan, ketika ia perintah ia menurutinya, mentaatinya pada hal yang ia mampu lakukan.

Dalam Shahihain, dari hadits Abdullah bin Umar ra, sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda,

“Sesungguhnya seorang budak jika ia tulus kepada tuannya dan memperbaiki ibadah kepada tuhannya, maka baginya pahala dua kali.”

Sabda Rasulullah saw, “Jika ia tulus kepada tuannya.” Maknanya ia menjaga harta tuannya, menjaga kehormatannya, menjaganya dari aib dan tipu daya dan menjaga ketenangan ibadah tuannya dan selalu berbuat demikian. Ucapan beliau “baginya pahala dua kali”. Yaitu pahala di dalam ibadah kepada tuannya dan pahala satunya ketika ia tulus ikhlas bersama tuannya, dan sesungguhnya kedua pahala tersebut berbeda, karena ketaatan kepada Rabb Ta’ala lebih wajib dan utama dibanding ketaatan kepada tuannya dan perbedaan inilah yang paling pokok.

Dalam “Shahih muslim” dari hadits Jarir bin Abdullah ra,

“Siapa saja dari budak melarikan diri maka terlepaslah tanggung jawab tuannya.”

Dalam “Sunan Abi Dawud,” juga dari hadits jarir, “Budak jika melarikan diri maka allah tidak akan menerima shalatnya sampai ia kembali kepada tuannya.”

Menunaikan Hak-Hak anak dan Keluarga

Yaitu seorang lelaki menunaikan kewajibannya terhadap anak-anak dan istrinya, pengajarannya kepada mereka tentang urusan agama mereka dan apa-apa yang dibutuhkan mereka.
Allah Ta’ala berfirman,

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”(QS. At Tahrim:6)

Berkata Al Hasan, “Yakni perintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mengajarkan mereka kebaikan.” Berkata Ali ra, “Ajarkan mereka yaitu perbaikilah adapnya.”

Hadits Anas dalam Shahih Muslim,

“Barangsiapa yang memelihara (dengan baik) dua orang anak gadis sampai mereka baligh (dewasa) maka ia akan datang pada hari kiamat sedang aku dan dia seperti ini, “Rasulullah mengumpulkan dua jarinya.”

Mendekatkan diri Kepada Ahli Agama dan Mencintai Mereka, Menyebarkan Salam Di Antara Mereka, dan menjabat tangan Mereka

Dan lain sebagainya dari sebab-sebab yang menjadikan penguat rasa cinta.

Allah Ta’ala berfirman,

“Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahnya sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.”(QS. An Nuur:27)

Hadits Abu Hurairah ra dalam Shahih Muslim,

“Demi Dzat yang jiwaku ada ditanganNyaa tidaklah masuk surga sampai kalian beriman, dan tidaklah beriman sehingga kalian saling mencintai, apakah kalian mau aku tunjukkan pada sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai, sebarkanlah salam diantara kalian.”

Imam Nawawi mengatakan, “Salam merupakan sebab kasih sayang, pintu pembuka kecintaan, dalam menyebarkannya memantapkan kasih sayang diantara mukmin satu dengan yang lainnya, dan menampakkan perasaan mereka yang mempunyai ciri khas bagi mereka yang membedakan dari penganut agama yang lainnya disertai dengan adanya latihan jiwa untuk selalu rendah hati dan menghormati kehormatan seorang muslim.

Hadits Qatadah dalam “Shahih al Bukhori”, ia berkata, “Aku berkata kepada Anas ra, “Apakah ada jabat tangan di antara para sanabat Rasulullah saw? Ia menjawab, “ya.”

Hadits Abu Hurairah dalam “Shahih Muslim,” “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman pada hari kiamat, “Dimanakah orang yang saling mencintai karena keagunganku? Pada hari ini aku memberikan naungan dalam naunganku pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganKu.”


Menjawab Salam

 Allah Ta’ala berfirman,

“Apakah kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.”(QS.An Nisa’:76)

Hadits abu Said al Khudri ra,

“Janganlah kalian duduk-duduk di jalanan, mereka berkata, “Wahai Rasulullah! Bagaimana jika kami terpaksa harus duduk di jalanan?Maka Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian harus membuat pertemuan di jalan maka hendaklah kalian memberikan hak jalan, mereka bertanya, “Apakah hak jalan?” Beliau menjawab,”Menundukkan pandangan menyingkirkan rintangan, menjawab salam, memerintahkan pada kebaikan, dan melarang pada kemungkaran.”

Mengunjungi Orang Sakit

Hadits Ibnu Azib ra dalam “Shahihain,” dan “Sunan Abi Dawud,” dan lain-lainnya,

“Rasulullah saw memerintahkan kami dengan tujuh, dan melarang kami dengan tujuh. Beliau memerintahkan kami untuk mengunjungi orang-orang yang sakit, menggiring jenazah, menjawab salam, membaca doa bersin, berbuat baik dengan sumpah, menolong orang yang di dzalimi, menjawab panggilan. Beliau melarang kami dengan; memakai emas dan perak, maistarah (sutera kasar yang dijadikan bantalan), Al Kasyyi (Sutera Kasar), istabraq (Sutera tebal), dibaaj (sutera halus).

Perintah dalam hadits ini mencakup dua maknanya yaitu wajib atau sunnah, adapun mengunjungi orang yang sakit adalah sunnah menurut mayoritas ulama’, dan sama apakah ia orang dekat kita atau orang asing, yang dikenal atau tidak, kecuali yang dekat dan dikenal lebih dianjurkan dan lebih utama dari yang lain, karena keumuman hadits. Adapun menggiring jenazah juga sunnah menurut mayoritas ulama. Menjawab salam hukumnya wajib, dan telah dijelaskan sebelumnya, adapun menjawab doa orang yang bersin akan dibicarakan pada tempatnya insya Allah. Berbuat baik dengan sumpah juga sunnah dalam hal yang tidak menimbulkan bencana, atau dikhawatirkan adanya bahaya yang datang kemudian, sebagaimana riwayat Abu Bakar ra ketika ia menceritakan mimpinya kepada Rasulullah saw maka beliau pun berkata, “Sebagian engkau benar sebagian tidak,” Kemudian Abu Bakar berkata, “Aku bersumpah kepadamu Ya Rasulullah engkau akan mengkabarkan,” maka beliau berkata, “Jangan bersumpah,” dan beliau tidak mengkabarkannya. Adapun menolong orang yang didzalimi maka bagian dari fardhu kifayah, sedang untuk menjawab undangan maka hukumnya tergantung kepada siapa yang memanggil.

Adapun larangan maka larangan ini bersifat haram untuk semua. Adapun cincin emas maka ia terlarang bagi laki-laki. Tempat dari emas dan perak, maka cukuplah hukum haramnya hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan muslim dari Ummu Salamah ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Orang yang meminum dari bejana terbuat dari emas dan perak, sebenarnya ia telah mengisi di dalam perutnya kepulan api neraka.” Di dalam riwayat bukhori dan Muslim yang lain berbunyi “janganlah kalian minum dari tempat yang terbuat dari emas, dan perak, dan jangan makan dari piring-piringan.....memakan sutera, al qassyi, ad dibaaj, al maitsarah, dan al istibraq, Imam Nawawi mengatakan; “semuanya adalah haram, apakah memakainya untuk kesombongan atau lainnya, dan mayoritas ulama membolehkannya untuk perempuan dan mengharamkannya untuk laki-laki.

Perkataan Imam Nawawi “semuanya haram,” kembali pada pemakaian sutera dan apa-apa yang digabungkan kepadanya, karena sutera adalah nama jenis yang diucapkanuntuk segala jenis sutera adalah nama jenis yang diucapkan untuk segala jenis sutera secara adat berarti mencakup semua bajunya, inilah yang ditegaskan oleh hadits.

Hadits Tsauban ra dalam “Shahih muslim” Pengunjung orang yang sakit berada di taman-taman surga sampai ia pulang.”

Aku berkata, “Dan tidak ada perbedaan antara apakah ia orang yang baik atau jahat, akan tetapi ia akan dimudahkan untuk menuju kebaikan dan di tahan dari kejahatan.

Menshalati Jenazah ahli Kiblah

Hadits Abu hurairah ra dalam “Shahihain,”

“Hak seorang muslim lima; Menjawab salam, mengunjungi orang yang sakit, menjawab doa bersin, mengikuti jenazah, menjawab panggilan.”


Hadits Tsauban dalam “Shahih muslim,”

“Barangsiapa yang mensholati jenazah maka bagi dia satu qirath, dan siapa yang menyaksikan pemakamannya maka baginya dua qirath, satu qirath itu sama dengan gunung uhud.”

Menjawab Doa Orang Bersin

Hadits abu Burdah dalam “Shahih muslim”, dari Abu Musa Al Asy’ari raa, ia berkata,

“Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang diantara kalian bersin kemudian ia memuji Allah (membaca Al Hamdulillah), maka jawablah doanya, jika ia tidak membaca al Hamdulillah maka tidak ada tasymit (balasan doa).”

Menjauhi Orang-Orang Kafir dan Pembuat Kerusakan serta Bersikap Tegas Terhadap mereka

Allah Ta’ala berfirman,

wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya ditakuti dari mereka.”(QS.Ali Imron:28)
“Hai nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.”(QS>At Taubah:73)

(QS.Al Mumtahanah:1), (QS.At Taubah:23)

Sampai akhir ayat dan ayat sesudahnya dan ayat yang lainnya.

Hadits abu hurairah ra dalam “Shahih Muslim” rasulullah bersabda,

“jika kalian bertemu dengan orang-orang musyrik di jalan maka jangan mulai dengan salam dan pepatlah mereka ke jalan yang lebih sempit.”

Hadits Abu Said ra dalam “Sunan Abi Dawud”, “Janganlah kalian makan makananmu kecuali kepada seorang mukmin, dan janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertaqwa.”

Dan tidak bicaranya Rasulullah kepada tiga orang yang mungkir dari perang selama lima puluh hari sampai mereka bertaubat kepada Allah dan Allah menerima taubat mereka. Mereka itu adalah; Ka’ab bin Malik, Murrah bin ar rabii’ dan Hilal bin Umayyah ra.

Menghormati Tetangga

Menghormati tetangga dan berbuat baik kepadanya serta menolongnya ketika mereka mempunyai hajat adalah perkara yang sangat disukai dan diperintahkan oleh syariat. Al quran telahmenjelaskan demikian dan telah banyak hadits-hadits yang banyak menjelaskan perbuatan baik terhadap tetangga dan menjauhi perbuatan yang menyakiti mereka. Tetangga umum mencakup orang muslim, orang kafir, yang bertaqwa maupun yang jahat apakah ia teman atau musuh, orang asing atau orang dekat, namun ada perbedaan diantara mereka dalam penghormatan. Apabila diantara mereka terdapat sifat-sifat yang terpuji dan perilaku yang baik maka mereka lebih baik untuk dihormati dan barangsiapa yang lebih dari itu lagi maka tentunya ia lebih layak lagi untuk dihormati, hendaklah memberikan sesuatu berdasarkan haknya, berdasarkan keadaannya dan berdasarkan kedudukannya.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapa, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat.”(QS.An Nisa’:36)

Dikatakan makna Dzil Qurba yaitu adalah tetangga yang berdempetan dengan kita sedangkan yang dimaksud dengan Al Jaaril Al Junubi yaitu tetangga jauh tidak berdempetan sedangkan yang dimaksud dengan as shaahibi bil jambi adalah teman sejawat.

Dari Ibnu abbas, mujahid, Qatadah, al Kalbi, Muqatil bin Hayyan dan Muqatil bin Sulaiman yang dimaksud dengan Al Jaari Dzil Qurba adalah orang yang antara kamu dengannya ada hubungan kerabat, Wal jaaril junubi adalah orang asing bagimu, Was Shaahibi bil Jambi adalah teman dalam perjalanan, Muqatil bin sulaiman menambahkan adalah teman dalam perjalanan maupun tidak.

Dari Ali dan Abdullah bin Mas’ud, Ibrahim, dan lain-lainnya ra yang dimaksud dengan Shaahibi bil jambi adalah istri.

Dari Said bin zubair meriwayatkan juga demikian dan menurut sebuah riwayat darinya yaitu teman yang shaleh.

Hadits Aisyah ra dalam shahihaini,

“Sesungguhnya ia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tidak henti-hentinya Jibril berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga sampai aku menyangka ia akan menjadi ahli warisku.”

Dengan hal ini Al Baihaqi menceritakan kepada kami, ia berkata telah mengabarkan kepada abbas al Asam; dari Syu’bah dari Usman At Tanukhi dari Muhammad bin Syamal dari abdurrazaq dari Ma’mar dari zuhri, ia berkata, “Telah berkata Abdullah bin abbas ra, ‘Tiga orang yang tidak akan mencukupi mereka itu dariku kecuali tuhan penguasa alam semesta, lelaki yang duduk sehingga ia duduk disampingku, seseorang yang berdzikir pada malam hari memohon hajatnya kemudian ia melihatku pantas untuk itu demikian juga ia tidak dapat memenuhi dariku kecuali Tuhan yang menguasai alam semesta.”

Menghormati Tamu

Para ulama berbeda pendapat tentang menghormati tamu, mayoritas mereka mengatakan bahwa itu adalah sebuah kesunnahan karena hal tersebut termasuk dari akhlak yang baik, adab islam, akhlak para nabi dan orang-orang shaleh. Mereka berdalilkan pada hadits, “Maka hendaklah ia menghormati tetangganya maka ia akan mendapatkan hadiah, mereka mentakwilkan hadits ini yang dzahirnya adalah wajib karena hal tersebut ada pada awal-awal islam. Al Laist dan imam Ahmad berpendapat bahwa meghormati tamu itu wajib sehari semalam. Mereka berhujjah dengan sabda Rasulullah saw,

“Malam pertama bagi tamu adalah hak wajib bagi setiap muslim.”

maka ambillah dari mereka hak ketamuanmu yang pantas dari mereka.”

Mereka berbeda pendapat dalam hal wajib ini apakah atas tamu yang berada disekitar kita ataukah tamu jauh atau hanya bagi tamu jauh saja tetapi dzahir hadits bermakna umum. Wallahu a’lam.

Hadits Abu Syuraih Al adawy ra dalam shahihain, ia berkata, aku mendengar dengan kedua telingaku dan aku melihat dengan kedua mataku ketika rasulullah saw berbicara, beliau bersabda,

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia menghormati tamu dengan memberi mereka.”Apakah pemberiannya?” Beliau menjawab, “Sehari semalamnya, dan yang beriman kepada Allah dan Hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam,” dan ditambahkan dalam riwayat yang lain, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tetangganya.”

Menutup Aib Sesama Muslim

Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan akhirat.” (QS.An Nur:19)

Hadits salim bin Abdullah bin Umar ra dalam “As Sahihain” dari bapaknya,

“Seorang muslim adalah saudara orang muslim yang lainnya, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh menyerahkannya, barangsiapa yang memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya, barangsiapa yang melapangkan dari saudaranya kesusahannya maka Allah akan melapangkan kesusahannya pada hari kiamat, barangsiapa yang menutup aib seorang muslim maka allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.”

Sabar Dalam Menghadapi Musibah

Hakikat sabar adalah menahan jiwa dan menjaganya dari kedukaan, kebencian dan keluh kesah lidah dengan kokoh terhadap hukum-hukum Al quran dan sunnah. Ali bin Abi Tholib ra berkata, “Kesabaran adalah bagian dari keimanan yaitu menduduki posisi kepala dari badan barangsiapa yang tidak sabar maka tidak ada iman baginya seperti jasad yang tidak memiliki kepala. Sabar merupakan perkara yang besar dan sangat bermanfaat karenanya Allah menjelaskan didalam Al Quran dalam ayat yang sangat banyak. Hukum sabar adalah wajib menurut kesepakatan para ulama. Semoga Allah memberikan kita kesabaran terhadap segala hal yang kita benci.

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyu’.”(QS.Al Baqarah:45)

Dari mujahid dan lain-lain, “Sesungguhnya yang dimaksud dengan sabar adalah puasa.”

Allah ta’ala berfirman,

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS>Al Baqarah:155-157)
Hadits Abu Said al khudry ra, dalam “Shahihain” ia berkata,

“Telah datang beberapa orang dari Anshar, mereka meminta kepada Rasulullah saw dan keluarganya kemudian beliau memberi mereka sehingga tidak satupun dari mereka yang meminta itu kecuali Rasulullah memberikannya sehingga tuntaslah apa yang ada dimilikinya. Kemudian beliau berkata kepada mereka ketika beliau telah menginfakkan semua yang dimilikinya, “Tidak ada kagi yang kami miliki dari sesuatu yang baik, kami tidak akan menyimpannya dari kalian karena sesungguhnya barangsiapa yang menjaga kesucian dirinya maka Allah akan menjaga kesuciannya dan barangsiapa yang merasa kaya maka Allah akan menyabarkannya dan kalian tidaklah diberikan sesuatu yang lebih baik dan lebih luas ketimbang kesabaran.”

Zuhud dan Pendek Angan-Angan

Ketahuilah, semoga Allah memberi taufik pada anda, sesungguhnya manusia telah banyak berbicara tentang zuhud dan kami mengangatkan kepada anda tentang pentingnya masalah zuhud ini. Al Imam Ahmad berkata, "Zuhud didunia adalah tidak terlalu bergembira dengan datangnya dunia dan tidak terlalu sedih ketika ditinggalkan dunia.”

Imam Ahmad telah membagi zuhud ke dalam tiga bagian:
a.       Meninggalkan hal yang diharamkan, ini adalah zuhudnya orang awam.
b.      Meninggalkan sesuatu yang berlebihan dari sesuatu yang halal, ini adalah zuhudnya orang yang khawash (khusus).
c.       Meninggalkan sesuatu yang menyibukkan dari Allah Ta’ala dan ini adalah zuhudnya orang yang arifin (orang yang mengenal tuhannya).
Allah telah memberikan isyarat untuk memuji perbuatan zuhud ini didalam Al Quran di beberapa tempat yang juga Allah mencaci dunia dan memerintahkan untuk berpaling darinya.
Allah Ta’ala berfirman,
QS.An Nahl:96, QS. An Nisa’:77, QS. Thaha:131, QS. Al Hadid:20, QS. Muhammad:18.
Hadits Anas bin Malik dan Sahal bin saad ra dalam shahihaini,
“Aku diutus dan hari kiamat seperti dua jari ini. “Beliau memberikan isyarat dengan kedua jarinya yaitu jari tengah dan jari telunjuk.
Hadits Ibnu abbas ra dalam Shahih Bukhori,
“Dua nikmat yang selalu menipu banyak manusia adalah sehat dan waktu luang.”
Dalam hal ini Al Baihaqi menceritakan kepada kami, ia berkata, “Telah melantunkan syairnya Abu Ismah Muhammad bin Ahmad As Sijistani di Basrah untuk dirinya, inilah maknanya:
Telah menceritakan kepada kami orang yang terbaik dari Keturunan Bani Adam
Tidaklah ada bagi Muhammad kecuali menyampaikan.
Manusia tertipu dalam dua nikmat,
Sehatnya badan mereka dan waktu luang.
Hadits Abu Said Al Khudry ra dalam Shahih Muslim, “Sesungguhnya dunia itu adalah manisnya hijau dan Allah telah menjadikan kamu khalifah didalamnya maka Allah melihat bagaimana kamu berbuat, takutlah kamu terhadap dunia takutlah kamu terhadap perempuan, sesungguhnya fitnah pertama yang terjadi di Bani Israil adalah permasalahan perempuan.”
Punya Rasa Cemburu dan Setia
Allah ta’ala berfirman,
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”(QS.At Tahrim:6)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.”(QS.An Nur:31)
Hadits Abu Huarairah ra dalam Shahih Bukhori,
“Sesungguhnya Allah ta’ala itu sangat pencemburu dan sesungguhya orang mukmin itu pencemburu. Cemburu Allah adalah ketika seorang mukmin mendatangi apa yang telah Dia haramkan.”
Banci atau dalam istilah fiqh dinamakan Al Muhannats, yaitu lelaki yang meniru-niru gaya perempuan dalam ucapan dan perbuatannya, terkadang hal ini terjadi karena memang penciptaannya, terkadang juga karena memang dibuat-buat. Jenis yang kedua dibenci dan dilaknat pelakunya. Istilah dari depan mirip angka empat dan dari belakang mirip angka delapan adalah sifat perempuan yang emnunjukkan bahwa ia gemuk perutnya besar karena lemak, dari dua sisi-sisi angka delapan. Nama banci ini adalah Hita, dan anak gadis ghailan adalah Badiyah, juga ada yang mengatakan Badinah, diantara dua kakinya seperti wadah yang tertutup. Jelaslah dari sikap Rasulullah perasaan cemburu dan marah beliau ketika mendengar ucapan banci ini dan memerintahkan untuk memasukkannya ke madinah supaya tidak tersebar penyakit oto-otot ini diantara umat dan berjalan seperti anjing yang berjalan bersama pemiliknya.
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudry, dari Nabi saw, sesungguhnya beliau bersabda,
“Kecemburuan itu bagian dari keimanan, dan sesungguhnya ketidaksetiaan itu merupakan sifat kemunafikan.”
Berkata Al Halimi, “midza adalah berkumpulnya laki-laki dengan perempuan kemudian mereka bersepi-sepi dengan hal tersebut dan saling bercengkerama diantara mereka.”
Dikatakan juga Al Midza adalah bercengkeramannya laki-laki dengan perempuan lain.


Berpaling Dari Hal-Hal yang tidak Berguna
Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.”(QS.Al Mu’minun:1-3)
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang)yang mengerjakan perbuatan-paerbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja)dengan menjaga kehormatan dirinya.”(QS.Al Furqon:72)
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya.”(QS.Al Qashash:55)
Al Laghw; adalah perbuatan bathil yang sia-sia, dan tidak berhubungan dengan tujuan yang benar, dan tidak ada faidah bagi orang yang mengucapkannya, hanya sekedar bualan kosong.
dari hadits Abu Sulamah dari Abu Hurairah, dan Ali bin Al Husain dari bapaknya dari Ali ra,
”Sesungguhnya Rasulullah saw, berkata, “Diantara keindahan islam seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak memberinya manfaat.”
Hadits ini merupakan dasar yang terbesar dari pondasi adab, maknanya adalah diantara sikap seorang muslim yang baik adalah ia meninggalkan segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan manfaat yang ada padanya, yang menjadi maksud dari ucapan dan perbuatannya tersebut. Melakukan sesuatu berarti perhatian terhadapnya, ia tidak meninggalkan sesuatu itu karena tuntutan hawa nafsunya, tetapi karena ingin berhukum kepada syariah islamiyah, karenanya Rasulullah saw menjadikannya bagian dari sikap baik seorang muslim. Jika seorang muslim sudah baika maka ia akan meninggalkan hal-hal yang tidak berfaedah dari hal-hal yang dimakruhkan, dan berlebih-lebihan dari hal-hal yang dibolehkan yang semua ini tidak membawa manfaat bagi pribadi seorang muslim. Hendaklah bagi seorang muslim yang cerdas untuk tidak melakukan sesuatu kecuali tiga; berbekal untuk hari kemudian, pekerjaan untuk menunjang penghidupan, atau kelezatan yang tidak diharamkan. Hendaklah semua u=itu dilakukannya dengan pandangan yang menyeluruh terhadap zamannya, berkonsentrasi pada pekerjaannya, menjaga lisannya, menjadi pelayan bagi umat dan agamanya, menjaga hak-hak tuhannya, menerima dengan lapang dada terhadap nasehat-nasehat dan faedah-faedah, bekerja untuk membangkitkan umat, dan lain sebagainya dari sifat-sifat yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim.
Dalam hal ini Al Baihaqi menceritakan kepada kami, ia berkata, menceritakan kepada kami Abu Abdillah Al Hafidz, menceritakan kepadaku Al Hasan bin muhammad bin Ishaq, ia berkata, “Aku mendengar Abu Utsman Al Hannath, ia berkata, Aku mendengar dzat An Nun berkata, barang siapa yang mencintai Allah maka ia akan hidup, barangsiapa yang berpaling dariNya maka akan binasa, orang yang bodoh adalah orang yang pergi dan berjuang dalam hal yang tidak berfaedah, dan orang yang cerdas adalah orang yang terhadap apa-apa yang terbetik dalam hatinya selalu berpikir.”
Mempunyai Sikap Dermawan dan Allah Murah Hati
Al Juud, al karam adalah satu makna, yaitu menafkahkan harta yang banyak dengan gampang dari jiwanya untuk hal-hal yang mulia banyak manfaatnya sebagaimana mestinya.

Allah ta’ala berfirman,
QS.Ali Imron:133-134, QS An Nisa’:37, QS Muhammad:38, QS Al Hasyr:9.

Hadits Abu Hurairah ra dalam “Shahihain”,
“Tidak ada satu hari pada hari-hari seorang hamba kecuali dua malaikat turun salah satunya berdoa, “Ya Allah berikanlah hambamu yang berinfaq penggantinya, “dan yang lainnya berdoa, “Ya Allah berikanlah pada orang yang tidak berinfaq kerugian.”

Kasih Sayang Terhadap Anak Kecil dan Menghormati yang Tua

Rahmah adalah lembutnya hati dalam melaksanakan keutamaan dan perbuatan baik, tempatnya ada dalam hati seorang mukmin yang bertaqwa, yang tidak akan diangkat kecuali dari hati orang yang kasar, sebagian ulama mengatakan, “Diantara tanda-tanda sifat buruk adalah sifat kasih sayang, dan diantara tanda-tanda sifat buruk adalah keras hati.

Hadits Jarir bin Abdullah dalam “shahih Muslim,”

“Siapa yang tidak mengasih sayangi manusia maka tidak akan mendapatkan kasih sayang dari Allah ta’ala.”
Hadits Abu Hurairah ra,

“Allah telah menjadikan rahmat (kasih sayang) itu sebanyak seratus bagian, kemudian ia memegang sembilan puluh sembilan bagian dan menurunkan di bumi satu bagian, diantara bagian itu adalah berkasih sayangnya makhluk-makhluk sampai-sampai seekor kuda mengangkat kepakan kakinya dari anaknya khawatir menimpa anaknya.”

Hadist Abdullah bin Amr ra dalam “sunan abi dawud,” dan “Muslim,”

“Barangsiapa yang tidak mengasih sayangi anak kecil kami, dan tidak mengenal hak orang tua kami maka ia bukan dari kami.”Kami riwayatkan dalam as shahhah dalam hadits al qasamah, “Posisikanlah yang tua adalah untuk yang tua, atau yang besar yang besar, atau hendaklah yang berbicara yang paling tua diantara kalian.”

Dan hadits tentang imam sholat, “Hendaklah yang mengimami kalian yang tertua diantara kalian.”

Mendamaikan Dua Orang yang Berselisih

Allah ta’ala berfirman,
QS.An nisa’:114, QS. Al Hujurat:10.
Hadits ummu Kultsum binti Uqbah bin abi Muith ra dalam shahihain,

”Bukanlah pembohong orang yang berbohong untuk memperbaiki dua orang yang berselisih, ia berkata kebaikan dan bernamimah dengan kebaikan. “Ummu Kaltsum berkata, Aku tidak pernah mendengar Rasulullah memberikan keringanan dalam berbohong kecuali pada tiga tempat, “Dalam peperangan, memperbaiki dua orang yang berselisih, ucapan suami kepada istrinya dan ucapan istri terhadap suaminya.”

Mencintai Sesama Muslim Sebagaimana Ia Mencintai Dirinya dan Membencinya Sebagaimana Ia Benci Pada Dirinya

Termasuk diantaranya adalah menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalanan, sebagaimana yang diisyaratkan oleh hadits Abu Hurairah ra dalam shahihain,”

“Iman itu lebih dari enam atau lebih dari tujuh puluh cabang, yang paling tinggi adalah ucapan La ilaha Illallah (tidak ada yang hak untuk disembah kecuali Allah), dan paling rendah adalah menyingkirkan bahaya dari jalaan, malu merupakan bagian dari bagian-bagian keimanan.”

HaditsAnas dalam “Shahih Al Bukhori,”
“Tidaklah beriman salah seorang diantaramu sehingga ia mencintai bagi saudaranya sebagaimana ia mencintai itu bagi dirinya.”

Hadits Jarir bin Abdullah dalam “ash shahihain,” “Aku berbaiat kepada Rasulullah saw untuk mendirikan shalat, membayar zakat, dan menasehati setiap muslim.”


Alhamdulillah , Semoga Bermanfaat Ami

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad